Jumat, 17 April 2015

bahasa indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sebagai kegiatan yang kompleks, menyimak mempunyai beberapa unsur dasar yang secara fundamental mewujudkan adanya suatu peristiwa atau kegiatan menyimak, yaitu: pembicara sebagai sumber pesan, penyimak sebagai penerima pesan, bahan simakan sebagai unsur konsep, dan bahasa lisan sebagai media (Sutari, dkk, 1997: 42). Menurut Tarigan (2006: 98), faktor-faktor mempengaruhi kegiatan menyimak adalah faktor fisik, psikologis, pengalaman, sikap, motivasi, jenis kelamin, lingkungan, dan peranan dalam masyarakat.
B. Tujuan
           Tujuan utama dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas individu mata kuliah menulis serta lebih mengetahui apa itu keterampilan dalam berbicara dan mendengarkan.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara berbicara yang benar ?
2. aapakah manfaat dari mendengarkan ?


















BAB II
PEMBAHASAN
A. Menulis
            Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif.orang dikatakan trampil menulis apabila penulis pandai memanfaatkan grafologi, dtruktur bahasa dan kosakata. Adapunfungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung. Menulis sangat bermanfaat dalam dunia pendidikan diantaranya memudahkan para pelajar berfikir, membantu berfikir kritis, dll.
Menurut Hugo Harting (Via Tarigan, 1982: 26) tujuan penulisan adalah sebagai berikut :
1) Assigment purpose (tujuan penugasan)
2) Altruistic purpose (tujuan altruistik) → kunci keterbacaan suatu tulisan.
3)Perssuasive purpose (tujuan persuasif) → bertujuan meyakinkan pembaca.
4)Informational purpose (tujuan informasional) → tujuan penerangan/informasi. 
5) Self expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
6) Creative purpose (tujuan kreatif) 
7) Problem-solving purpose (untuk memecahkan masalah)
Ragam Tulisan
1). Narasi
Narasi yaitu karangan yang menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman berdasarkan urutan waktu (kronologis). Isi karangan nonfiksi dan fiksi. Narasi dibagi menjadi 2 yaitu :
a.) Narasi ekspositoris → bahasa yang digunakan lugas dan konfliknya tidak terlalu kelihatan.
b.)  Narasi artistik (literer) → narasi asli.
·           Deskipsi adalah jenis karangan yang melukiskan atau menggambarkan subyek apa adanya, sehingga pembaca seolah-olah dapat merasakan, mengalami, mendengar, dan melihat objek yang dinaksudoleh penukis. Objeknya biasanya adalah manusia, alam, binatang, dan sebagainya.
2).Ekposisi
Ekposisi yaitu jenis karangan yang bertujuan menambah, memberikan pengetahuan kepada pembaca dengan cara menyajikan informasi secara akurat.
·           Argumentasi
Argumentasi adalah jenis karangan yang bertujuan mempengaruhi pembaca dengan bukti-bukti, alasan, atau pendapat yang kuat, sehingga dapat diyakini atau dipercaya oleh pembaca.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam kegiatan tulis-menulis antara lain adalah sebagai berikut :
 Paragraf
Paragraf (alinea) adalah kumpulan kalimat yang membahas satu topik atau satu gagasan pokok saja.
Berdasarkan letak kalimat utamanya paragraf di bedakan menjadi :
1.   Paragraf deduktif
2.  Paragraf induktif
3.   Paragraf variatif (campuran)
4.   Paragraf narati/deskriptif
5.   Paragraf ineratif
6.  Berdasar Fungsinya Paragraf dibedakan menjadi :
7.  Paragraf pembuka
8.  Paragraf penghubung
9.  Paragraf penutup
d. Teknik Penulisan
Grammar atau tata bahasa, retorika dan logika adalah dasar-dasar yang membangun proses real learning dan self-knowledge. Artinya, semua itu adalah dasar bagi pengembangan karier pribadi seseorang. Menulis adalah kemampuan berdasar tiga pokok utama yaitu :
1.   aktivitas menulislah yang telah merunah dunia
      kedua aktivitas menulis secara nyata telah terbukti memperkaya kehidupan
2.   politik setiap negara.
3.   ternyata menulis juga bisa mengungkap secara mendalam berbagai hal yang seringkali orang tidak melihatnya.
Tujuan Pembelajaran Menulis
Keraf mengemukakan tujuan pengajaran ketrampilan menulis sebagai berikut :
1. Peserta didik mampu memilih dan menata gagasan dengan penalaran yang logis dan sistematis.
 2.Peserta didik mampu menuangkanya ke dalam bentuk-bentuk tuturan bahasa  indonesia sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa indonesia.
3. Peserta didik mampu menuliskanya sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Ynag Disempurnakan
4.Peserta didik mampu memilih ragam bahasa Indonesia sesuai konteks     komunikasi.
B. Mendengarkan
            Mendengarkan merupakan hal yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan pembelajaran bahasa, kita menjumpai istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Namun, dalam mengartikannya sering muncul perbedaan pendapat. Untuk itu perlu kita beri penekanan  arti dari masing-masing kata tersebut.
            Mendengar adalah  kegiatan manangkap bunyi secara tidak sengaja (secara kebetulan saja).
Contoh: Ketika sedang belajar, saya mendengar piring  jatuh. Saya menoleh ke     arah suara itu, kemudian saya melanjutkan belajar kembali. (Tarigan: 12)
             Mendengarkan adalah  proses menangkap bunyi bahasa dengan disengaja tetapi belum memahami.
Contoh: Kartika sedang belajar di kamar, saya mendengarkan lagu kesenangan saya yang disiarkan melalui radio. Kemudian, saya sejenak berhenti belajar untuk menikmati lagu tersebut sampai selesai. Setelah selesai, saya melanjutkan belajar kembali. (Tarigan: 14)
              Menyimak adalah proses menangkap bunyi bahasa yang direncanakan dengan penuh perhatian, dipahami, diinterpretasi, diapresiasi,  dievaluasi, ditanggapi, dan ditindaklanjuti.
Contoh:  Setiap hari Selasa pukul 18.30 WIB, saya mendengarkan siaran pembinaan bahasa Indonesia yang disiarkan melalui TVRI. Sebelum siaran dimulai, saya menyiapkan buku dan pulpen untuk mencatat hal-hal yang saya anggap penting. Saat siaran berlangsung, sesekali saya mencatat dan mengangguk-anggukan kepala bahwa saya memahami pembicaraan yang berlangsung. Setelah selesai, saya merasa puas bahwa persoalan yang saya hadapi selama ini telah terjawab. (Tarigan: 15)
              Tujuan Mendengarkan                
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi, ada pembicara dan ada pula pendengarnya. Dalam mendengarkan seseorang selalu mempunyai tujuan. Menurut Hunt dalam  HG Tarigan (1981: 14), tujuan mendengarkan ada empat yaitu:
a. untuk memperoleh informasi yang ada hubungan  dengan profesi.
b. agar menjadi lebih efektif dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
c. untuk mengumpulkan data dalam membuat keputusan.
d. memberikan respon yang tepat.
                 Menurut  Logan dalam HG Tarigan (1972: 42) tujuan orang dalam mendengarkan ada beberapa hal yaitu:
a. Untuk memperoleh pengetahuan atau mendengarkan untuk belajar.
     Hal ini didapatkan dari nara sumber langsung atau melalui audio   visual.
b. Menikmati keindahan audio
      Ini didapatkan dari apa yang diperdengarkan atau dipagelarkan.
c.  Mengevaluasi
              Dalam mengevaluasi, para penyimak ingin mengevaluasi apa yang disimak itu benar, tidak benar, jelek, logis, dan tidak logis.
d. Mengapresiasi bahan simakan
     Dalam mendengarkan ada orang mendengarkan dengan maksud dan tujuan agar dapat menikmati serta menghargai apa yang disimak.
e. Mengkomunikasikan ide-ide sendiri
    Ada orang yang mendengarkan dengan maksud agar dia dapat  
    mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaannya  
    kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
f. Membedakan bunyi-bunyi
   Dalam membedakan bunyi ini, biasanya ketika orang belajar bahasa asing.
g. Memecahkan masalah
   Biasanya penyimak mempunyai masalah yang sedang dihadapi.
h. Untuk meyakinkan
     Seseorang  mendengarkan  dengan tekun karena  untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan.
     Dari uraian di atas   dapat disimpulkan bahwa tujuan mendengarkan dari seseorang tidaklah sama dan ini sesuai dengan apa yang dibutuhkan mulai dari  memperoleh informasi  sampai pada pemecahan masalah.

Jenis-Jenis Mendengarkan
            Berikut ini dibahas jenis-jenis mendengarkan. Dalam proses mendengarkan, semua kegiatan yang dilakukan mempunyai jenis dan ini dapat digolongkan berdasarkan situasinya. Secara garis besar, Tarigan (1983: 22) membagi jenis mendengarkan menjadi dua jenis yaitu (1) mendengarkan ekstensif, dan (2) mendengarkan intensif. Kedua jenis mendengarkan ini sangatlah berbeda dan perbedaan itu tampak dalam prosesnya. Adapun jenis mendengarkan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
            Mendengarkan ekstensif ialah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Ada beberapa jenis kegiatan mendengarkan ekstensif:
1) Mendengarkan sekunder
Mendengarkan sekunder terjadi secara kebetulan, misalnya seorang pembelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan percakapan orang lain, suara siaran radio, suara TV, dan sebagainya. Suara tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia terganggu oleh suara tersebut.
2)  Mendengarkan sosial
Mendengarkan sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya. Kegiatan ini lebih menekankan pada factor status sosial, dan tingkatan dalam masyarakat.
3) Mendengarkan estetika
Mendengarkan estetika sering disebut mendengarkan apresiatif. Mendengarkan estetika ialah kegaiatan mendengarkan untuk menikmati dan menghayati sesuatu, misalnya; mendengarkan pembacaan puisi, mendengarkan rekaman drama, mendengarkan cerita, mendengarkan syair lagu, dan sebagainya.

4) Mendengarkan pasif
Mendengarkan pasif ialah mendengarkan suatu bahasa yang dilakukan tanpa upaya sadar, misalnya; dalam kehidupan sehari-hari pembelajar mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir menggunakan bahasa daerah. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar. Namun, pada akhirnya, pembelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik.
Mendengarkan intensif merupakan kegiatan mendengarkan yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Dalam mendengarkan intensif ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu ciri mendengarkan intensif dan jenis-jenis mendengarkan intensif.
Ciri-Ciri Mendengarkan Intensif menurut (Kamidjan dan Suyono, 2002: 12) dalam mendengarkan intensif ada beberapa ciri yang harus diperhatikan yaitu:
     a. Mendengarkan intensif adalah mendengarkan pemahaman
Pemahaman ialah suatu aspek pikiran tentang suatu objek. Pemahaman merupakan hasil dari proses memahami terhadap suatu bahan simakan. Siswa dikatakan memahami objek jika ia telah menguasai seluruh objek itu. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan mendengarkan intensif bertujuan untuk memahami makna bahan yang disimak dengan baik. Hal ini berbeda dengan mendengarkan ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak sosial, dan sebagainya. Mendengarkan intensif prioritas utamanya adalah memahami makna pembicaraan.
b. Mendengarkan intensif memerlukan konsentrasi tinggi
Konsentrasi ialah memuaskan semua perhatian baik pikiran, perasaan, ingatan dan sebagainya kepada suatu objek. Dalam mendengarkan intensif diperlukan pemusatan pikiran terhadap bahan yang disimak.
     Agar mendengarkan dapat  dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: (a) menjaga pikiran agar tidak terpecah, (b) perasaan tenang dan tidak bergejolak, (c) perhatian terpusat pada objek yang sedang disimak, (d) penyimak harus mampu menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu kegiatan mendengarkan, baik internal maupun eksternal.
c. Mendengarkan intensif ialah memahami bahasa formal
Bahasa formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi formal (resmi), misalnya; ceramah, diskusi, temu ilmiah, dan sebagainya. Bahasa yang digunakan pada kegiatan tersebut adalah bahasa resmi atau bahasa baku yang lebih menekankan pada makna.
     d. Mendengarkan intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) tulis (menulis, mengarang) dan (b) lisan (berbicara).
     Reproduksi dilakukan setelah mendengarkan. Fungsi reproduksi antara lain: (a) mengukur kemampuan integratif antara mendengarkan dengan berbicara, (b) untuk mengukur kemampuan integratif  antara mendengarkan dengan menulis atau mengarang, (c) mengetahui kemampuan daya serap siswa, dan (d) untuk mengetahui timgkat pemahaman siswa tentang bahan yang telah disimak.

Jenis-Jenis Mendengarkan Intensif
       Setelah kita mempelajari ciri-ciri mendengarkan intensif, sekarang akan dibahas  jenis-jenis mendengarkan intensif. Jenis-jenis mendengarkan intensif adalah mendengarkan kritis, mendengarkan konsentratif, mendengarkan eksploratif,  mendengarkan interogatif, mendengarkan selektif, dan mendengarkan kreatif (HG. Tarigan, 1983; 42)


.a. Mendengarkan kritis
Mendengarkan kritis ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya. Hal-hal yang diperhatikan dalam mendengarkan kritis: (a) mengamati ketepatan ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan “mengapa mendengarkan”, (c) dapatkah mendengarkan membedakan antara fakta dan opini dalam mendengarkan, (d) dapatkah menjawab mengambil kesimpulan dari hasil mendengarkan, (e) dapatkah penyimak menafsirkan makna idiom, ungkapan, dan majas dalam kegaiatan mendengarkan. (Kamidjan, 2002: 13).
b.  Mendengarkan konsentratif
Mendengarkan konsentratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang diperdengarkan.
     Kegiatan mendengarkan konsentratif bertujuan untuk: (a) mengikuti petunjuk-petunjuk, misalnya petunjuk untuk mengisi formulir pendaftaran, (b) mencari hubungan antarunsur dalam mendengarkan, misalnya; unsur-unsur dalam bahasa, (c) mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen, (d) mencari hal-hal penting dalam kegiatan mendengarkan, (e) mencari urutan penyajian dalam bahan mendengarkan, dan (f) mencari gagasan utama dari bahan yang telah disimak. Kamidjan, 2002: 14)
c.  Mendengarkan eksploratif
         Mendengarkan eksploratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan inormasi baru. Pada akhir kegiatan mendengarkan, penyimak; (a) menemukan gagasan baru, (b) menemukan informasi baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu, (c) penyimak dapat menemukan topik-topik baru yang dapat dikembangkan pada masa yang akan datang, (d) penyimak dapat menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.
d.  Mendengarkan interogatif
Mendengarkan interogatif ialah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut.
     Kegiatan mendengarkan interogatif bertujuan: (a) penyimak ingin mendapat fakta-fakta dari pembicara, (b) mendengarkan gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana yang menarik, (c) penyimak ingin mendapatkan informasi apakah bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.
e.  Mendengarkan selektif
Mendengarkan selektif ialah kegiatan mendengarkan pasif yang dilakukan secara selektif dan berfokus untuk mengenal bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk bahasa yang sedang dipelajari.
     Mendengarkan selektif mempunyai ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan mendengarkan yang lain. Adapun ciri mendengarkan selektif ialah: (a) mendengarkan dengan seksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan, (b) mendengarkan dengan memperhatikan topik-topik tertentu,  (c) mendengarkan dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.
f.  Mendengarkan kreatif
Mendengarkan kreatif ialah kegaiatan mendengarkan yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas belajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara: (a) menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau daerah, misalnya; bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan sebagainya, (b) penyimak dapat mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, namun menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda, (c) penyimak dapat merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak, (d) penyimak dapat menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.
Tahap-Tahap Mendengarkan
     Dalam proses mendengar, mendengar dilakukan  secara bertahap. Tahap-tahap ini sangat mempengaruhi hasil mendengarkan yang tujuannya akhirnya apakah si penyimak memahami apa yang telah disampaikan.
     Berikut ini tahap-tahap dalam mendengarkan menurut  (Tarigan: 1990: 58) ada lima yaitu:
     a. Tahap mendengar
Tahap mendengar merupakan proses yang dilakukan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraan, hal ini barulah tahap mendengar atau berada dalam tahap hearing.
     b. Tahap memahami
Setelah proses mendengarkan pembicaraan  disampaikan, maka isi pembicaraan tadi perlu dimengerti atau dipahami dengan baik. Tahap ini disebut tahap understanding.
     c. Tahap menginterpretasi
Pendengar yang baik, cermat, dan teliti belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara tetapi ada keinginan untuk menafsirkan atau menginterpretasikan isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini sudah sampai pada tahap interpreting.
     d. Tahap mengevaluasi
Tahap mengevaluasi merupakan tahap terakhir dalam kegiatan mendengarkan. Pendengar menerima pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara maka pendengar pun pada tahap terakhir ini menanggapi isi dari pembicaraan tadi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Mendengarkan
            Dalam keberhasilan mendengarkan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Hunt dalam HG Tarigan (1981: 19-20) mengemukakan.
a. Sikap
b. Motivasi
c. Pribadi
d. Situasi kehidupan
e. Peranan dalam masyarakat.
     Sedangkan HG Tarigan; 1986: 99-107, mengatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi dalam mendengarkan adalah sebagai berikut.
a. Faktor Fisik
     Pada waktu mendengarkan faktor fisik adalah faktor penting yang turut menentukan kefektifan dalam  mendengarkan. Di sekolah guru hendaklah dengan cermat dan teliti menyiapkan suasana  belajar  yang tidak mudah mendatangkan gangguan  bagi kegiatan mendengarkan Apabila siswa ada yang bermasalah dengan telinga atau pendengaran maka siswa tersebut duduknya harus di depan agar simakan jelas.
b. Faktor Psikologis
     Di samping faktor fisik yang telah dikemukakan di atas ada hal yang sangat sulit diatasi yaitu faktor psikologis. Faktor tersebut mencakup masalah antara lain:
     1) Berprasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicara.
     2) Egois terhadap masalah pribadi.
     3) Berpandangan sempit terhadap isi pembicaraan.
     4) Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian   terhadap pokok pembicaraan.
5) Sikap yang tidak senang terhadap pembicara.
     c. Faktor Pengalaman
            Pengalaman adalah faktor yang sangat penting dalam mendengarkan. Apabila seseorang berpengalaman dalam mendengarkan maka bahan simakan akan dikaitkan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Selain itu kosakata yang dimiliki si penyimak pun sangat banyak dan jika menyampaikan kembali sangatlah lancar.
     d. Faktor Sikap
            Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama yaitu sikap menerima dan menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi ia akan bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini memberi dampak pada pendengar yaitu dampak positif dan negatif.
e. Faktor Motivasi
       Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan mendengarkan. .Dalam kegiatan mendengarkan kita melibatkan sistem penilaian kita sendiri. Kalau kita memperoleh sesuatu yang berharga dari pembicaraan maka kita akan bersemangat mendengarkannya.
f. Faktor Jenis Kelamin
       Gaya mendengarkan pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, mudah dipengaruhi, mudah mengalah dan emosional. Sedangkan gaya mendengarkan wanita pada umumnya bersifat pasif, lembut, tidak mudah dipengaruhi , mengalah, dan tidak emosi.
g. Faktor Lingkungan
       Dalam faktor lingkungan dapat dibagi  dua yaitu (1) lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang penting adalah ruangan kelas yaitu sarana pendukung di antaranya akustik. Guru  harus mengarahkan dengan jelas dan juga membangkitkan motivasi siswa agar mereka dapat mendengarkan dengan baik. (2) Lingkungan sosial; dalam mendengarkan sebaiknya  wacana yang dibacakan mendorong siswa untuk mengalami, mengekspresikan serta mengevaluasi ide-ide yang didengarkan.

h. Faktor Peranan dalam Masyarakat
                   Mendengarkan tidak terlepas dari masyarakat dan lingkungannya. Informasi yang didapat bisa  melalui radio, TV, nara sumber, dan masyarakat sekitarnya.
       Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa  faktor yang mempengaruhi mendengarkan sangat banyak mulai dari diri sendiri sampai pada masyarakat luas. Yang penting sebagai pendengar yang baik  kita harus menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kita gagal dalam mendengarkan.




BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi
2. Saran
Antara menulis, dan mendengarkan erat hubungan nya dan saling keterkaitan, oleh sebab itu harus lah rajin melatih keterampilan berbahasa kita, agar kita bisa menjadi sastrawan yang handal.




























DAFTAR PUSTAKA

Alsjahbana, S. Takdir. 1960. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia jilid 1 dan 2. Djakarta: Pustaka Rakyat.

Depdikbud. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 2003. Seputar Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka     Cipta.