arwandoanci
Rabu, 13 April 2016
Jumat, 17 April 2015
bahasa indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sebagai kegiatan yang kompleks, menyimak mempunyai
beberapa unsur dasar yang secara fundamental mewujudkan adanya suatu peristiwa
atau kegiatan menyimak, yaitu: pembicara sebagai sumber pesan, penyimak sebagai
penerima pesan, bahan simakan sebagai unsur konsep, dan bahasa lisan sebagai
media (Sutari, dkk, 1997: 42). Menurut Tarigan (2006: 98), faktor-faktor
mempengaruhi kegiatan menyimak adalah faktor fisik, psikologis, pengalaman,
sikap, motivasi, jenis kelamin, lingkungan, dan peranan dalam masyarakat.
B. Tujuan
Tujuan
utama dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas
individu mata kuliah menulis serta lebih mengetahui apa itu keterampilan dalam
berbicara dan mendengarkan.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara berbicara
yang benar ?
2. aapakah manfaat dari
mendengarkan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menulis
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis
merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif.orang dikatakan trampil menulis
apabila penulis pandai memanfaatkan grafologi, dtruktur bahasa dan kosakata. Adapunfungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung.
Menulis sangat bermanfaat dalam dunia pendidikan diantaranya memudahkan para
pelajar berfikir, membantu berfikir kritis, dll.
Menurut Hugo Harting (Via Tarigan, 1982: 26) tujuan
penulisan adalah sebagai berikut :
1) Assigment purpose (tujuan penugasan)
2) Altruistic purpose (tujuan altruistik) → kunci
keterbacaan suatu tulisan.
3)Perssuasive purpose (tujuan persuasif) → bertujuan meyakinkan pembaca.
4)Informational purpose (tujuan informasional) → tujuan
penerangan/informasi.
5) Self expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
6) Creative purpose (tujuan kreatif)
7) Problem-solving purpose (untuk memecahkan masalah)
Ragam Tulisan
1). Narasi
Narasi yaitu karangan yang menceritakan rangkaian
peristiwa atau pengalaman berdasarkan urutan waktu (kronologis). Isi karangan
nonfiksi dan fiksi. Narasi dibagi menjadi 2 yaitu :
a.) Narasi
ekspositoris → bahasa yang digunakan lugas dan konfliknya tidak terlalu
kelihatan.
b.) Narasi
artistik (literer) → narasi asli.
· Deskipsi adalah jenis
karangan yang melukiskan atau menggambarkan subyek apa adanya, sehingga pembaca
seolah-olah dapat merasakan, mengalami, mendengar, dan melihat objek yang
dinaksudoleh penukis. Objeknya biasanya adalah manusia, alam, binatang, dan
sebagainya.
2).Ekposisi
Ekposisi yaitu jenis karangan yang bertujuan menambah, memberikan pengetahuan kepada pembaca dengan cara menyajikan informasi secara akurat.
Ekposisi yaitu jenis karangan yang bertujuan menambah, memberikan pengetahuan kepada pembaca dengan cara menyajikan informasi secara akurat.
· Argumentasi
Argumentasi adalah jenis karangan yang bertujuan mempengaruhi pembaca dengan bukti-bukti, alasan, atau pendapat yang kuat, sehingga dapat diyakini atau dipercaya oleh pembaca.
Argumentasi adalah jenis karangan yang bertujuan mempengaruhi pembaca dengan bukti-bukti, alasan, atau pendapat yang kuat, sehingga dapat diyakini atau dipercaya oleh pembaca.
Beberapa hal
yang perlu diketahui dalam kegiatan tulis-menulis antara lain adalah sebagai
berikut :
Paragraf
Paragraf (alinea) adalah kumpulan kalimat yang membahas satu topik atau satu gagasan pokok saja.
Paragraf (alinea) adalah kumpulan kalimat yang membahas satu topik atau satu gagasan pokok saja.
Berdasarkan letak kalimat utamanya paragraf di bedakan menjadi :
1. Paragraf
deduktif
2. Paragraf
induktif
3. Paragraf
variatif (campuran)
4. Paragraf
narati/deskriptif
5.
Paragraf ineratif
6. Berdasar
Fungsinya Paragraf dibedakan menjadi :
7. Paragraf
pembuka
8. Paragraf
penghubung
9. Paragraf
penutup
d. Teknik Penulisan
Grammar atau tata bahasa, retorika dan logika adalah dasar-dasar
yang membangun proses real learning dan self-knowledge. Artinya, semua itu
adalah dasar bagi pengembangan karier pribadi seseorang. Menulis adalah
kemampuan berdasar tiga pokok utama yaitu :
1. aktivitas menulislah yang telah merunah dunia
kedua aktivitas menulis secara nyata telah terbukti
memperkaya kehidupan
2. politik
setiap negara.
3. ternyata menulis juga bisa mengungkap secara
mendalam berbagai hal yang seringkali orang tidak melihatnya.
Tujuan Pembelajaran Menulis
Keraf mengemukakan tujuan pengajaran ketrampilan menulis sebagai berikut :
1. Peserta
didik mampu memilih dan menata gagasan dengan penalaran yang logis dan
sistematis.
2.Peserta
didik mampu menuangkanya ke dalam bentuk-bentuk tuturan bahasa indonesia sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa
indonesia.
3. Peserta
didik mampu menuliskanya sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Ynag
Disempurnakan
4.Peserta
didik mampu memilih ragam bahasa Indonesia sesuai konteks komunikasi.
B. Mendengarkan
Mendengarkan merupakan hal yang tak
terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan pembelajaran bahasa,
kita menjumpai istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Namun, dalam
mengartikannya sering muncul perbedaan pendapat. Untuk itu perlu kita beri penekanan arti dari masing-masing kata tersebut.
Mendengar adalah kegiatan manangkap bunyi secara tidak sengaja
(secara kebetulan saja).
Contoh: Ketika sedang belajar, saya mendengar piring jatuh. Saya menoleh ke arah suara itu, kemudian saya melanjutkan
belajar kembali. (Tarigan: 12)
Mendengarkan adalah proses menangkap bunyi bahasa dengan
disengaja tetapi belum memahami.
Contoh: Kartika sedang belajar di kamar, saya mendengarkan lagu kesenangan
saya yang disiarkan melalui radio. Kemudian, saya sejenak berhenti belajar
untuk menikmati lagu tersebut sampai selesai. Setelah selesai, saya melanjutkan
belajar kembali. (Tarigan: 14)
Menyimak adalah proses menangkap
bunyi bahasa yang direncanakan dengan penuh perhatian, dipahami,
diinterpretasi, diapresiasi, dievaluasi,
ditanggapi, dan ditindaklanjuti.
Contoh: Setiap hari Selasa pukul 18.30 WIB,
saya mendengarkan siaran pembinaan bahasa Indonesia yang disiarkan melalui
TVRI. Sebelum siaran dimulai, saya menyiapkan buku dan pulpen untuk mencatat
hal-hal yang saya anggap penting. Saat siaran berlangsung, sesekali saya
mencatat dan mengangguk-anggukan kepala bahwa saya memahami pembicaraan yang
berlangsung. Setelah selesai, saya merasa puas bahwa persoalan yang saya hadapi
selama ini telah terjawab. (Tarigan: 15)
Tujuan Mendengarkan
Dalam kehidupan
sehari-hari kita selalu berinteraksi, ada pembicara dan ada pula pendengarnya.
Dalam mendengarkan seseorang selalu mempunyai tujuan. Menurut Hunt dalam HG Tarigan (1981: 14), tujuan mendengarkan
ada empat yaitu:
a. untuk memperoleh informasi yang ada hubungan dengan profesi.
b. agar menjadi lebih efektif dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
c. untuk mengumpulkan data dalam membuat keputusan.
d. memberikan
respon yang tepat.
Menurut Logan dalam HG Tarigan (1972: 42) tujuan
orang dalam mendengarkan ada beberapa hal yaitu:
a. Untuk memperoleh pengetahuan atau mendengarkan untuk
belajar.
Hal ini
didapatkan dari nara sumber langsung atau melalui audio visual.
b. Menikmati keindahan audio
Ini
didapatkan dari apa yang diperdengarkan atau dipagelarkan.
c. Mengevaluasi
Dalam mengevaluasi, para penyimak
ingin mengevaluasi apa yang disimak itu benar, tidak benar, jelek, logis, dan
tidak logis.
d. Mengapresiasi bahan simakan
Dalam
mendengarkan ada orang mendengarkan dengan maksud dan tujuan agar dapat
menikmati serta menghargai apa yang disimak.
e. Mengkomunikasikan ide-ide sendiri
Ada orang
yang mendengarkan dengan maksud agar dia dapat
mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaannya
kepada orang
lain dengan lancar dan tepat.
f. Membedakan bunyi-bunyi
Dalam
membedakan bunyi ini, biasanya ketika orang belajar bahasa asing.
g. Memecahkan masalah
Biasanya
penyimak mempunyai masalah yang sedang dihadapi.
h. Untuk meyakinkan
Seseorang mendengarkan
dengan tekun karena untuk
meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan.
Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
mendengarkan dari seseorang tidaklah sama dan ini sesuai dengan apa yang
dibutuhkan mulai dari memperoleh
informasi sampai pada pemecahan masalah.
Jenis-Jenis
Mendengarkan
Berikut
ini dibahas jenis-jenis mendengarkan. Dalam proses mendengarkan, semua kegiatan
yang dilakukan mempunyai jenis dan ini dapat digolongkan berdasarkan
situasinya. Secara garis besar, Tarigan (1983: 22) membagi jenis mendengarkan
menjadi dua jenis yaitu (1) mendengarkan ekstensif, dan (2) mendengarkan
intensif. Kedua jenis mendengarkan ini sangatlah berbeda dan perbedaan itu
tampak dalam prosesnya. Adapun jenis mendengarkan yang dimaksud adalah sebagai
berikut.
Mendengarkan
ekstensif ialah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar,
pengumuman, dan sebagainya. Ada beberapa jenis kegiatan
mendengarkan ekstensif:
1) Mendengarkan sekunder
Mendengarkan sekunder terjadi
secara kebetulan, misalnya seorang pembelajar sedang membaca di kamar, ia juga
dapat mendengarkan percakapan orang lain, suara siaran radio, suara TV, dan
sebagainya. Suara tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia
terganggu oleh suara tersebut.
2) Mendengarkan
sosial
Mendengarkan sosial dilakukan
oleh masyarakat dalam kehidupan sosial seperti di pasar, terminal, stasiun,
kantor pos, dan sebagainya. Kegiatan ini lebih menekankan pada factor status
sosial, dan tingkatan dalam masyarakat.
3) Mendengarkan estetika
Mendengarkan estetika sering
disebut mendengarkan apresiatif. Mendengarkan estetika ialah kegaiatan
mendengarkan untuk menikmati dan menghayati sesuatu, misalnya; mendengarkan
pembacaan puisi, mendengarkan rekaman drama, mendengarkan cerita, mendengarkan
syair lagu, dan sebagainya.
4) Mendengarkan pasif
Mendengarkan pasif ialah
mendengarkan suatu bahasa yang dilakukan tanpa upaya sadar, misalnya; dalam
kehidupan sehari-hari pembelajar mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam
masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir menggunakan bahasa daerah. Kemahiran
menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar.
Namun, pada akhirnya, pembelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik.
Mendengarkan intensif merupakan
kegiatan mendengarkan yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan
konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Dalam
mendengarkan intensif ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu ciri
mendengarkan intensif dan jenis-jenis mendengarkan intensif.
Ciri-Ciri Mendengarkan Intensif menurut (Kamidjan dan Suyono, 2002: 12) dalam
mendengarkan intensif ada beberapa ciri yang harus diperhatikan yaitu:
a.
Mendengarkan intensif adalah mendengarkan pemahaman
Pemahaman ialah suatu aspek
pikiran tentang suatu objek. Pemahaman merupakan hasil dari proses memahami
terhadap suatu bahan simakan. Siswa dikatakan memahami objek jika ia telah
menguasai seluruh objek itu. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan
mendengarkan intensif bertujuan untuk memahami makna bahan yang disimak dengan
baik. Hal ini berbeda dengan mendengarkan ekstensif yang lebih menekankan pada
hiburan, kontak sosial, dan sebagainya. Mendengarkan intensif prioritas
utamanya adalah memahami makna pembicaraan.
b. Mendengarkan intensif memerlukan konsentrasi tinggi
Konsentrasi ialah memuaskan semua
perhatian baik pikiran, perasaan, ingatan dan sebagainya kepada suatu objek.
Dalam mendengarkan intensif diperlukan pemusatan pikiran terhadap bahan yang
disimak.
Agar
mendengarkan dapat dilakukan dengan
konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain: (a) menjaga pikiran agar tidak terpecah, (b) perasaan tenang dan tidak
bergejolak, (c) perhatian terpusat pada objek yang sedang disimak, (d) penyimak
harus mampu menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu kegiatan
mendengarkan, baik internal maupun eksternal.
c. Mendengarkan intensif ialah memahami bahasa formal
Bahasa formal ialah bahasa yang
digunakan dalam situasi formal (resmi), misalnya; ceramah, diskusi, temu ilmiah,
dan sebagainya. Bahasa yang digunakan pada kegiatan tersebut adalah bahasa
resmi atau bahasa baku yang lebih menekankan pada makna.
d.
Mendengarkan intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Reproduksi ialah kegiatan
mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) tulis (menulis, mengarang) dan (b)
lisan (berbicara).
Reproduksi
dilakukan setelah mendengarkan. Fungsi reproduksi antara lain: (a) mengukur
kemampuan integratif antara mendengarkan dengan berbicara, (b) untuk mengukur
kemampuan integratif antara mendengarkan
dengan menulis atau mengarang, (c) mengetahui kemampuan daya serap siswa, dan
(d) untuk mengetahui timgkat pemahaman siswa tentang bahan yang telah disimak.
Jenis-Jenis Mendengarkan Intensif
Setelah kita mempelajari
ciri-ciri mendengarkan intensif, sekarang akan dibahas jenis-jenis mendengarkan intensif.
Jenis-jenis mendengarkan intensif adalah mendengarkan kritis, mendengarkan
konsentratif, mendengarkan eksploratif,
mendengarkan interogatif, mendengarkan selektif, dan mendengarkan
kreatif (HG. Tarigan, 1983; 42)
.a. Mendengarkan kritis
Mendengarkan kritis ialah
kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan
penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan kelebihan, serta
kekurangan-kekurangannya. Hal-hal yang diperhatikan dalam mendengarkan kritis:
(a) mengamati ketepatan ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan
“mengapa mendengarkan”, (c) dapatkah mendengarkan membedakan antara fakta dan
opini dalam mendengarkan, (d) dapatkah menjawab mengambil kesimpulan dari hasil
mendengarkan, (e) dapatkah penyimak menafsirkan makna idiom, ungkapan, dan
majas dalam kegaiatan mendengarkan. (Kamidjan, 2002: 13).
b. Mendengarkan konsentratif
Mendengarkan konsentratif ialah
kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh
pemahaman yang baik terhadap informasi yang diperdengarkan.
Kegiatan
mendengarkan konsentratif bertujuan untuk: (a) mengikuti petunjuk-petunjuk,
misalnya petunjuk untuk mengisi formulir pendaftaran, (b) mencari hubungan
antarunsur dalam mendengarkan, misalnya; unsur-unsur dalam bahasa, (c) mencari
hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen, (d) mencari hal-hal
penting dalam kegiatan mendengarkan, (e) mencari urutan penyajian dalam bahan
mendengarkan, dan (f) mencari gagasan utama dari bahan yang telah disimak.
Kamidjan, 2002: 14)
c. Mendengarkan eksploratif
Mendengarkan eksploratif ialah kegiatan
mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan inormasi
baru. Pada akhir kegiatan mendengarkan, penyimak; (a) menemukan gagasan baru,
(b) menemukan informasi baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu, (c)
penyimak dapat menemukan topik-topik baru yang dapat dikembangkan pada masa
yang akan datang, (d) penyimak dapat menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat
baru.
d. Mendengarkan interogatif
Mendengarkan interogatif ialah
kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi
tersebut.
Kegiatan
mendengarkan interogatif bertujuan: (a) penyimak ingin mendapat fakta-fakta
dari pembicara, (b) mendengarkan gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi
sebuah wacana yang menarik, (c) penyimak ingin mendapatkan informasi apakah
bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.
e. Mendengarkan selektif
Mendengarkan selektif ialah
kegiatan mendengarkan pasif yang dilakukan secara selektif dan berfokus untuk
mengenal bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi homogen, kata-kata,
frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk bahasa yang sedang dipelajari.
Mendengarkan
selektif mempunyai ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan mendengarkan
yang lain. Adapun ciri mendengarkan selektif ialah: (a) mendengarkan dengan
seksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan, (b)
mendengarkan dengan memperhatikan topik-topik tertentu, (c) mendengarkan dengan memusatkan pada
tema-tema tertentu.
f. Mendengarkan kreatif
Mendengarkan kreatif ialah
kegaiatan mendengarkan yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan
kreativitas belajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara: (a)
menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau daerah, misalnya; bahasa Inggris,
bahasa Belanda, dan sebagainya, (b) penyimak dapat mengemukakan gagasan yang
sama dengan pembicara, namun menggunakan struktur dan pilihan kata yang
berbeda, (c) penyimak dapat merekonstruksi pesan yang telah disampaikan
penyimak, (d) penyimak dapat menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar
materi yang telah disimak.
Tahap-Tahap
Mendengarkan
Dalam
proses mendengar, mendengar dilakukan
secara bertahap. Tahap-tahap ini sangat mempengaruhi hasil mendengarkan
yang tujuannya akhirnya apakah si penyimak memahami apa yang telah disampaikan.
Berikut
ini tahap-tahap dalam mendengarkan menurut
(Tarigan: 1990: 58) ada lima yaitu:
a.
Tahap mendengar
Tahap mendengar merupakan proses
yang dilakukan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraan, hal ini barulah
tahap mendengar atau berada dalam tahap hearing.
b.
Tahap memahami
Setelah proses mendengarkan pembicaraan
disampaikan, maka isi pembicaraan tadi perlu dimengerti atau dipahami
dengan baik. Tahap ini disebut tahap understanding.
c.
Tahap menginterpretasi
Pendengar yang baik, cermat, dan
teliti belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara
tetapi ada keinginan untuk menafsirkan atau menginterpretasikan
isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini sudah sampai pada tahap interpreting.
d.
Tahap mengevaluasi
Tahap mengevaluasi merupakan
tahap terakhir dalam kegiatan mendengarkan. Pendengar menerima pesan, ide, dan
pendapat yang disampaikan oleh pembicara maka pendengar pun pada tahap terakhir
ini menanggapi isi dari pembicaraan tadi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
dalam Mendengarkan
Dalam keberhasilan mendengarkan ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya. Hunt dalam HG Tarigan (1981: 19-20) mengemukakan.
a. Sikap
b. Motivasi
c. Pribadi
d. Situasi kehidupan
e. Peranan dalam masyarakat.
Sedangkan
HG Tarigan; 1986: 99-107, mengatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi dalam
mendengarkan adalah sebagai berikut.
a. Faktor Fisik
Pada
waktu mendengarkan faktor fisik adalah faktor penting yang turut menentukan
kefektifan dalam mendengarkan. Di
sekolah guru hendaklah dengan cermat dan teliti menyiapkan suasana belajar
yang tidak mudah mendatangkan gangguan
bagi kegiatan mendengarkan Apabila siswa ada yang bermasalah dengan
telinga atau pendengaran maka siswa tersebut duduknya harus di depan agar
simakan jelas.
b. Faktor
Psikologis
Di
samping faktor fisik yang telah dikemukakan di atas ada hal yang sangat sulit
diatasi yaitu faktor psikologis. Faktor tersebut mencakup masalah antara lain:
1) Berprasangka
dan kurangnya simpati terhadap pembicara.
2) Egois terhadap masalah pribadi.
3) Berpandangan
sempit terhadap isi pembicaraan.
4) Kebosanan dan
kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian terhadap pokok pembicaraan.
5) Sikap yang tidak senang terhadap pembicara.
c. Faktor Pengalaman
Pengalaman adalah faktor yang sangat
penting dalam mendengarkan. Apabila seseorang berpengalaman dalam mendengarkan
maka bahan simakan akan dikaitkan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Selain
itu kosakata yang dimiliki si penyimak pun sangat banyak dan jika menyampaikan
kembali sangatlah lancar.
d. Faktor Sikap
Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua
sikap utama yaitu sikap menerima dan menolak. Orang akan bersikap menerima pada
hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi ia akan bersikap menolak
pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini
memberi dampak pada pendengar yaitu dampak positif dan negatif.
e. Faktor
Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau
motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan
berhasil mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan mendengarkan. .Dalam
kegiatan mendengarkan kita melibatkan sistem penilaian kita sendiri. Kalau kita memperoleh sesuatu yang berharga dari pembicaraan maka kita akan
bersemangat mendengarkannya.
f. Faktor Jenis Kelamin
Gaya mendengarkan pria pada umumnya
bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau
tidak mau mundur, mudah dipengaruhi, mudah mengalah dan emosional. Sedangkan
gaya mendengarkan wanita pada umumnya bersifat pasif, lembut, tidak mudah
dipengaruhi , mengalah, dan tidak emosi.
g. Faktor Lingkungan
Dalam
faktor lingkungan dapat dibagi dua yaitu
(1) lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang penting adalah ruangan kelas yaitu
sarana pendukung di antaranya akustik. Guru
harus mengarahkan dengan jelas dan juga membangkitkan motivasi siswa
agar mereka dapat mendengarkan dengan baik. (2) Lingkungan sosial; dalam
mendengarkan sebaiknya wacana yang
dibacakan mendorong siswa untuk mengalami, mengekspresikan serta mengevaluasi
ide-ide yang didengarkan.
h. Faktor Peranan dalam
Masyarakat
Mendengarkan tidak terlepas dari
masyarakat dan lingkungannya. Informasi yang didapat bisa melalui radio, TV, nara sumber, dan
masyarakat sekitarnya.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor
yang mempengaruhi mendengarkan sangat banyak mulai dari diri sendiri sampai
pada masyarakat luas. Yang penting sebagai pendengar yang baik kita harus menghindari faktor-faktor yang
menyebabkan kita gagal dalam mendengarkan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap
orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang
lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan
berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka
dalam berkomunikasi
2. Saran
Antara menulis, dan mendengarkan erat
hubungan nya dan saling keterkaitan, oleh sebab itu harus lah rajin melatih
keterampilan berbahasa kita, agar kita bisa menjadi sastrawan yang handal.
DAFTAR
PUSTAKA
Alsjahbana,
S. Takdir. 1960. Tata Bahasa Baru
Bahasa Indonesia jilid 1 dan 2. Djakarta: Pustaka Rakyat.
Depdikbud.
2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer,
Abdul. 2003. Seputar Tata Bahasa
Buku Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Langganan:
Postingan (Atom)